mendikbud M Nuh (tabloidmargonda.com)
Ditengah panasnya topik tawuran antar pelajar, Pak Mendikbud, M. Nuh menyempatkan diri menemui tersangka pelaku tawuran. Ia kaget mendapati pernyataan tersangka yang mengaku 'puas' telah membunuh. Begitu juga reaksi publik. Berbagai kecaman pun muncul menyusutkan si pelaku.

Pertama kali mendengar berita tersebut tentu saya kaget bercampur heran, kok bisa dia menyatakan seperti itu -puas telah membunuh. Setelah menyimak berita sampai tuntas akhirnya saya tahu. Ternyata pernyataan puas itu merupakan jawaban dari pertanyaan Pak Mendikbud "Gimana mas, puas telah membunuh?"

Seketika saya kaget juga bingung, bukan pada pelaku tapi pada Pak Nuh. Apa sebenarnya maksud dari pertanyaannya ya? kok seperti itu. Jika ingin mengetahui motif pelaku apakah pertanyaan seperti itu tepat? Pantas saja jawabannya 'puas' orang pertanyaannya saja begitu, pikir saya. Bisa dibilang jawaban pelaku yang menyatakan 'puas' hanyalah jawaban semu. Maksudnya dalam tekanan yang begitu besar ditambah pertanyaan yang aneh, mudah saja bagi pelaku untuk menjawab 'puas' dari pada harus berbincang-bincang lebih lama.

Yang jadi perhatian saya di sini yaitu tentang perlakuan Pak Mendikbud terhadap si pelaku. Lewat pertanyaannya Pak Nuh nampak tidak berhati-hati dan bertannya seenaknya seperti kebanyakan orang tua yang mengadili anaknya yang berbuat kenakalan. Jelas pertanyaan tersebut terkesan mengadili, ya dari pada pusing jawab saja puas. Begitulah kira-kira keadaan si pelaku ketika ditanya.

Jika pertanyaan bisa lebih tepat lagi, jawaban dari sang pelaku kemungkinan besar tidak menyatakan kepuasan. Misal, setelah bertanya kabar dll. lalu bertanya "Bagaimana perasaan mu setelah membunuh?", "Menyesal kah kamu telah membunuh nak?"

Ada baiknya kita mencermati peristiwa sedikit medalam. Jangan pula hanya terhanyut euphoria yang ada tanpa memehaminya lebih mendalam.


3 comments:

Thanks mas sudah comment di blog saya. Kalau menurut saya pribadi belajar Bahasa itu akan lebih baik jika diperkenalkan sedini mungkin. Bukankah dulu sewaktu kita lahir kita tidak tahu apa2 dan orang tua serta lingkunganlah yang mengajarkan kepada kita. di SD sebetulnya strategis dan cocok cuma yang menjadi kendala adalah kurikulum dan tenaga yang mumpuni. selama ini yang mengajar di SD adalah mereka kebanyakan tenaga yang tidak kompeten sehingga pembelajarn Bahasa Inggris terasa sulit padahal jika diajar oleh yang dari latar belakang B ingg lain lagi ceritanya. Bahasa Inggris akan hidup dan enjoy learning. Ya itulah jalan satu satunya menjadi ekstra kurikuler setelah kurikulum baru diimplementasikan. Yang jadi masalah terbesar dan terberat adalah mau dikemanakan guru-guru wiyata bhakti yang sudah mengabdi lama bahkan mereka ada yang sudah masuk kategori dua. Sama sekali Pemerintah tidak peduli dan menurut saya pribadi kurang manusiawi karena sekarang ini nasib mereka sedang dalam kebingungan. Pemerintah sama sekali tidak memberikan apresiasi pada mereka yang selama ini dalam dekade terkhir sudah berjuang mendidik generasi muda bangsa tingkat sekolah dasar..How can the Government push them aside? maaf saya comment di luar artikel njenengan. salam kenal ya mas...

sama-sama mas, senang bisa kenal mas dan bisa berbagi :) komentar saya di laman post blog bapak ya, supaya nyambung

kenakalan remaja sudah begitu hebatnya, tak peduli dengan sesamanya, egoisme senantiasa lebih menguasai dibandingkan dengan penyesalan di belakang.

Post a Comment

Nice reader always leave a comment.